INTERMESO1
Tak
sengaja kubaca berita lewat medsosku, gempa 6,9 SR melanda kota itu. Kemudian pikiranku penuh dengan ingin, menanyakan kabarmu walau tak yakin dimana keberadaanmu. Baru aku sadar, aku tak ingat di kota mana dirimu merantau, yang kuingat hanya nama pulaunya saja.
“Ada gempa”
23.35
“Aman?” 23.35
Pesan singkatku terkirim menanyakan kabarmu, tak berharap mendapat balasan karena memang sudah tengah malam.
Pesan singkatku terkirim menanyakan kabarmu, tak berharap mendapat balasan karena memang sudah tengah malam.
“Kamu
dimana sekarang?” 23.47
Balasannya
begitu, tak mengindahkan pertanyaanku.
Ini
orang ditanya keadaanya, tak dijawab, malah nanya balik pikirku. Kudiamkan saja takkubalas, masih bisa
balas pesanku berarti dirinya baik-baik saja, kusimpulkan seenakku saja. Tapi kemudian pesan baru masuk kembali.
“Ada gempa,” 23.55
“Aku baik-baik saja, aku sudah pulang, aku sudah di dekatmu.” 23.55
“Sore tadi kulaju sepeda motorku ingin menemuimu, tapi kemudian aku menjadi pengecut, hanya lewat depan rumahmu saja” 23.57
“Besok
setelah Shubuh aku pulang ke rumah, ke Mojokerto” 23.57
Balasannya mengagetkanku, mengabarkan kedatangannya yang tiba-tiba, seperti kepergiannya merantau yang seakan tak bisa ditunda.
“Baiklah, kapan kita bertemu?” 23.58
“Ceritakan
ceritamu” 23.58
Balasanku
sudah terkirim, dan aku tak berharap ada balasan darinya. Tapi layar handphoneku menyala lagi karena balasannya.
“Banyak,
banyak cerita” 23.59
“Ingin menangis tapi tak keluar air mata” 23.59
“Sudah tidur?” 00.04
Kantukku menghilang, gelapnya kamarku menambah kelam pikiranku. Tak pernah dia seperti ini, menunjukkan kesakitannya lewat sebuah pesan.
“Lelaki
tak butuh air mata untuk menangis” 00.05
“Luangkan
waktumu untukku, tahan tangismu sebentar untukku.” 00.05
Balasanku
centang biru, hanya dibaca olehnya. Mungkin waktunya untukku masih tak
terbaca, atau keberaniannya hilang karena tangisnya yang tertahan.
Perlahan kuingat pamitmu yang tiba-tiba, hanya mengirim foto bandara dengan pesan singkat "aku merantau, satu jam lagi berangkat" Tak kubalas pesanmu yang baru kubaca 2jam kemudian. Pamitmu kubalas dengan update status memakai foto kirimanmu dengan tulisan "too much love will kill you"
Perlahan kuingat pamitmu yang tiba-tiba, hanya mengirim foto bandara dengan pesan singkat "aku merantau, satu jam lagi berangkat" Tak kubalas pesanmu yang baru kubaca 2jam kemudian. Pamitmu kubalas dengan update status memakai foto kirimanmu dengan tulisan "too much love will kill you"
"It was," kemudian balasmu.
Komentar
Posting Komentar